Panduan ini disusun berdasarkan pengalaman (best practice) instalasi
Wireless LAN (WLAN) terutama pada band plan 2.4 Ghz dengan menggunakan
teknologi WiFi atau standar 802.11 a/b/g. Walau demikian, secara umum
panduan ini dapat digunakan untuk instalasi WLAN, WiMAX maupun teknologi
sejenis untuk transmisi komunikasi data pada band plan yang lain
seperti 900 Mhz, 2,5 Ghz, 2,7 Ghz, 3,3 Ghz, 3,5 Ghz, 4,9 Ghz, 5.2 Ghz,
5.8 Ghz maupun 7 Ghz.
Peralatan
Tim implementasi dan instalasi WLAN selain harus memiliki pengetahuan
dan juga keterampilan yang baik harus dilengkapi pula dengan peralatan
yang memadai untuk mempercepat pelaksanaan tugasnya. Peralatan yang
dibutuhkan cukup sederhana dan tidak harus mahal asalkan memiliki
reputasi kualitas yang teruji di lapangan.
1. Kompas dan peta topografi
2. Penggaris dan busur derajat
3. Pensil, penghapus, alat tulis
4. GPS, altimeter, klinometer
5. Kaca pantul dan teropong
6. Papan jalan (alas menulis)
7. Radio komunikasi 2 arah (Handy Talkie – HT)
8. Wireless Access Point (AP) / Client Premise Equipment (CPE) dan pigtail atau
9. Wireless PC Card, pigtail dan PCI / ISA adapter
10. Multimeter, SWR, cable tester, solder, timah, tang potong kabel
11. Peralatan panjat, harness, carabiner, webbing, cows tail, pulley (katrol)
12. Kunci pas, kunci ring, kunci inggris, tang (potong, buaya, jepit),
obeng set, tie rap, isolator gel (silicon), TBA, unibell, selang bakar,
senter (flash light)
13. Kabel power (roll), kabel UTP straight dan cross, crimping tools, konektor RJ45
14. Software Wireless Access Point Manager dan Utility yang sesuai
15. Komputer (PC atau disarankan laptop) dan Operating System (disesuaikan).
Survey Lokasi
Salah satu faktor yang paling menentukan di dalam implementasi dan
instalasi WLAN adalah lokasi yang ideal. Berbagai hal harus diperhatikan
seperti kontur permukaan tanah (topografi), ketinggian tanah/lokasi,
Line of Sight (LOS), potensi obstacel dan pemetaan stasiun transmisi
(BTS) lain (eksisting) disekitarnya.
1. Tentukan koordinat letak kedudukan station, jarak udara terhadap
BTS dengan GPS dan kompas pada peta (kompas manual lebih akurat
dibandingkan GPS)
2. Perhatikan dan tandai titik potensial penghalang (obstacle) sepanjang path
3. Hitung SOM, fade margin, path dan acessories loss, EIRP, freznel zone serta ketinggian antena (link budget analysis)
4. Perhatikan posisi terhadap station lain, kemungkinan potensi hidden station, over shoot dan test noise serta interferensi
5. Tentukan posisi ideal tower, elevasi, panjang kabel dan alternatif seandainya ada kesulitan dalam instalasi
6. Rencanakan sejumlah alternatif metode instalasi, pemindahan posisi
(lokasi cadangan) dan pemindahan letak alat apabila kondisi kurang
optimal
7. Gunakan software Radio Mobile (RMW)
http://www.cplus.org/rmw/english1.html untuk perhitungan Link Budget
Analysis, proyeksi pemetaan topografi dan untuk simulasi visual radiasi
pancaran gelombang radio.
Pemasangan Konektor
Titik sambungan antara perangkat WLAN, pigtail, kabel transmisi dan
antena adalah konektor. Di dalam transmisi sinyal radio, titik sambungan
harus diperhatikan dengan cermat. Pemasangan yang baik akan
meningkatkan performa sistem, sebaliknya bila pemasangannya buruk akan
menimbulkan kerugian seperti peningkatan antenuasi dan redaman sinyal
bahkan tidak jarang menjadi penyebab interferensi hingga yang fatal
yaitu rembesan air (hujan, embun) sehingga mengakibatkan short
(korsleting).
1. Kuliti kabel coaxial dengan penampang melintang, spesifikasi kabel
minimum adalah RG 8 tipe 9913 (atau yang setara), perhitungan losses 10
db setiap 30 m
2. Jangan sampai terjadi goresan berlebihan karena perambatan gelombang
mikro (Ghz) adalah pada permukaan penampang kabel bukan di dalam kabel
3. Pasang konektor dengan cermat dan memperhatikan masalah kerapian
4. Solder pin ujung konektor dengan cermat dan rapi, pastikan tidak terjadi short
5. Perhatikan urutan pemasangan pin dan kuncian sehingga dudukan kabel dan konektor tidak mudah bergeser
6. Tutup permukaan konektor dengan aluminium foil untuk mencegah
kebocoran dan interferensi, posisi harus menempel pada permukaan
konektor
7. Lapisi konektor dengan aluminium foil dan lapisi seluruh permukaan
sambungan konektor dengan isolator TBA (biasa untuk pemasangan pipa
saluran air atau kabel listrik instalasi rumah)
8. Tutup seluruh permukaan dengan isolator karet (atau selang bakar) untuk mencegah perembesan air hujan
9. Untuk perawatan, ganti semua lapisan pelindung setiap 6 bulan sekali
10. Konektor terbaik adalah model hexa (crimping) tanpa solderan dan
drat sehingga sedikit melukai permukaan kabel, yang dipasang dengan
menggunakan crimping tools, disertai karet bakar sebagai pelindung
pengganti isolator karet.
Pembuatan POE
Salah satu cara untuk meningkatkan performa sistem transmisi WLAN
adalah dengan mengurangi atenuasi dan kerugian redaman sinyal akibat
pemakaian kabel transmisi yang terlalu panjang. Sehingga ada
kecenderungan untuk menempatkan perangkat WLAN sedekat mungkin dengan
antena. Salah satu teknik yang banyak digunakan oleh para teknisi adalah
dengan membangun rumah monyet di atas tower sedekat mungkin dengan
antena, sebagai tempat perangkat WLAN. Rumah monyet ini akan dilengkapi
dengan blower (kipas angin) pendingin dan kabel power (AC) yang ditarik
dari station di bawah. Akan tetapi, rumah monyet dan kabel power semacam
ini sering menjadi beban sehingga vendor memberikan solusi jenis
perangkat WLAN outdoor yang sudah dilengkapi pelindung cuaca dan sistem
catu daya melalui POE (Power Over Ethernet). Akan tetapi pada prinsipnya
perangkat jenis indoor yang umumnya lebih murah, dapat dilengkapi
dengan sistem POE melalui modifikasi.
1. Power over ethernet diperlukan untuk melakukan injeksi catu daya
ke perangkat Wireless AP / CPE yang dipasang di atas tower, POE
bermanfaat mengurangi kerugian power (losses) akibat penggunaan kabel
dan konektor
2. POE menggunakan 2 pair kabel UTP yang tidak terpakai, 1 pair untuk
injeksi + (positif) power dan 1 pair untuk injeksi – (negatif) power,
digunakan kabel pair (sepasang) untuk menghindari penurunan daya karena
kabel loss
3. Perhatikan bahwa permasalahan paling krusial dalam pembuatan POE
adalah bagaimana cara mencegah terjadinya short, karena kabel dan
konektor power penampangnya kecil dan mudah bergeser atau tertarik,
tetesi dengan lilin atau isolator gel agar setiap titik sambungan
terlindung dari short
4. Sebelum digunakan uji terlebih dahulu semua sambungan dengan multimeter
5. Kabel UTP untuk menyalurkan POE mengakibatkan kerugian daya, sehingga
pada beberapa jenis Wireless AP / CPE perlu diganti dengan Catu Daya
atau Adaptor dengan Daya (Ampere) yang lebih besar agar power yang
dipasok tidak “habis” di tengah jalan akibat faktor redaman dan atenuasi
sepanjang kabel UTP.
Instalasi Perangkat Radio
Setiap perangkat WLAN memiliki spesifikasi dan karakteristik yang
berbeda. Hanya teknisi yang berpengalaman serta memiliki pengetahuan
luas tentang aneka produk saja yang mampu menentukan apa merk, jenis,
tipe perangkat terbaik yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pada
saat instalasi. Perangkat WLAN adalah faktor utama yang menentukan
keberhasilan instalasi. Pemilihan perangkat dan konfigurasi yang kurang
tepat akan mengakibatkan rendahnya performa yang didapatkan serta
mungkin terjadi kegagalan instalasi. Beberapa perangkat mungkin ada
karakteristik tertentu yang membutuhkan perlakuan khusus, misalnya
sensitif terhadap stabilitas pasokan daya listrik atau tipe tertentu
harus dilakukan upgrade firmware.
1. Pasang Wireless AP/CPE/PC Card dengan benar sampai dikenali oleh
OS tanpa konflik dan pastikan semua driver serta utility dapat bekerja
sempurna
2. Instalasi pada beberapa OS memerlukan driver terbaru dari web site dan atau upgrade firmware, sebagian tersedia di CD,
sebagian tidak memerlukan driver, sebagian perlu driver PCMCIA,
sebagian dapat menimbulkan konflik, hapus dirver yang bermasalah dari
sistem dan pastikan semua berjalan sempurna
3. Instalasi pada PC dengan jenis radio PC Card menggunakan beberapa
jenis OS memerlukan kecermatan alokasi alamat IO, IRQ dan DMA, pada BIOS
lebih baik matikan semua device (COM, LPT dll.) dan peripheral (sound
card, mpeg dll.) yang tidak diperlukan (lebih mudah menggunakan jenis
Wireless AP/CPE)
4. Semua prosedur ini bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 30 menit
tidak termasuk instalasi OS, lebih dari waktu ini segera jalankan
prosedur selanjutnya
5. Apabila terus menerus terjadi kesulitan instalasi, untuk sementara
demi efisiensi lakukan instalasi menggunakan OS yang lebih mudah, pasti
dan sedikit masalah
6. Kemudian uji coba semua fungsi yang ada (AP, Inter Building, SAI Client, SAA2, SAA Ad Hoc dll.) termasuk bridging dan IP Addressing dengan menggunakan antena helical, pastikan semua fungsi berjalan baik dan stabil
7. Pastikan bahwa perangkat Power Over Ethernet (POE) berjalan stabil.
Perakitan Antena
Beberapa jenis antena tertentu masih harus dirakit atau bahkan
mungkin memang homebrew (bikinan sendiri). Pada prinsipnya yang
dibutuhkan adalah ketelitian saja. Petunjuk perakitan atau pembuatan
biasanya sudah tersedia, tinggal diikuti step by step. Sejumlah hal
memang perlu diperhatikan karena menyangkut masalah presisi serta
kerapian hasil perakitan. Kerapian ini penting karena akan berpengaruh
pada stabilitas pada saat telah dipasang, jangan sampai ada bagian yang
goyang bahkan terlepas hanya karena terkena hembusan angin atau guyuran
air hujan.
1. Antena microwave jenis grid parabolic dan loop serta yagi perlu
dirakit karena terdiri dari sejumlah komponen, berbeda dengan jenis
patch panel, panel sector maupun omni directional
2. Rakit antena sesuai petunjuk (manual) dan gambar konstruksi yang disertakan
3. Kencangkan semua mur dan baut termasuk konektor dan terutama reflektor
4. Perhatikan bahwa antena microwave sangat peka terhadap perubahan
fokus, maka pada saat perakitan antena perhatikan sebaik-baiknya fokus
reflektor terhadap horn (driven antena), sedikit perubahan fokus akan
berakibat luas seperti misalnya perubahan gain (db) antena
5. Beberapa tipe antena grid parabolic memiliki batang extender yang
bisa merubah letak fokus reflektor terhadap horn sehingga bisa diset
gain yang diperlukan.
Instalasi Antena
Kedudukan antena juga salah satu faktor penting yang menentukan
keberhasilan instalasi WLAN. Posisi dan arah yang tepat, kedudukan yang
kuat, stabil dan mantap, akan memudahkan proses pointing untuk
memperoleh kualitas transmisi sesuai yang diharapkan. Keterampilan dan
pengalaman teknisi akan sangat menentukan.
1. Pasang pipa dengan metode stack minimum sampai ketinggian 1st freznel zone terlewati terhadap obstacle terdekat
2. Perhatikan stabilitas dudukan pipa dan kawat wire guided
(spanner/strenght), pasang dudukan kaki untuk memanjat dan anker
(anchors) cows tail
3. Cek semua sambungan kabel dan konektor termasuk penangkal petir bila ada
4. Pasang antena dengan rapi dan benar, arahkan dengan menggunakan kompas dan GPS sesuai tempat kedudukan BTS di peta
5. Pasang kabel dan rapikan sementara, jangan sampai berat kabel menjadi
beban sambungan konektor dan mengganggu gerak pointing serta kedudukan
antena
6. Perhatikan dalam memasang kabel di tower / pipa, jangan ada posisi
menekuk yang potensial menjadi akumulasi air hujan, bentuk sedemikian
rupa sehingga air hujan bebas jatuh ke bawah
7. Perhatikan kondisi cuaca, angin, mendung, petir, pencahayaan untuk safety.
Pointing Antena
Diperlukan kecermatan dan kesabaran yang tinggi pada saat melakukan
pengarahan antena (pointing). Hanya teknisi dengan jam terbang tinggi
dan punya pengalaman serta pengetahuan luas yang dapat melaksanakan
pekerjaan ini dengan sempurna. Para teknisi pointing pada umumnya
memiliki bakat berupa insting yang tajam untuk menentukan arah antena.
Alat bantu seperti kompas dan GPS atau software RMW, hanya berfungsi
sebagai petunjuk awal. Proses selanjutnya insting lebih berperan.
1. Untuk keperluan pointing umumnya antena dipasang dengan polarisasi horizontal
2. Arahkan antena sesuai arah yang ditunjukkan kompas dan GPS (kompas
secara umum lebih akurat – GPS lebih banyak digunakan untuk menentukan
koordinat lokasi untuk dipetakan di dalam perhitungan link budget di
software RMW), arah ini kita anggap titik tengah arah (center beam)
3. Geser antena dengan arah yang tetap ke kanan maupun ke kiri center
beam, satu per satu pada setiap tahap dengan perhitungan tidak melebihi ½
spesifikasi beam width antena untuk setiap sisi (kiri atau kanan).
Misalnya antena 24 db, biasanya memiliki beam width 12 derajat maka,
maksimum pergeseran ke arah kiri maupun kanan center beam adalah 6
derajat
4. Beri tanda pada setiap perubahan arah dan tentukan skornya, penentuan
arah terbaik dilakukan dengan cara mencari nilai average yang terbaik.
Parameter utama yang harus diperhatikan adalah signal strenght, noise
dan stabilitas link yang bisa dicek misalnya dengan continuous ping
dengan beban packet tertentu
5. Karena kebanyakan perangkat radio Wireless AP/CPE tidak memiliki
utility grafis untuk merepresentasikan signal strenght, noise dsb.
(kecuali statistik dan PER) melalui console maka agar lebih praktis,
untuk pointing gunakan perangkat radio standar 802.11b/g yang memiliki
utility grafis (saat ini sudah jarang karena pada umumnya interface yang
tersedia berbasis web, kecuali Mikrotik)
6. Selanjutnya bila diperlukan lakukan penyesuaian elevasi antena dengan
klino meter sesuai sudut antena pada station lawan, hitung berdasarkan
perhitungan kelengkungan bumi dan bandingkan dengan kontur pada peta
topografi serta hasil pemetaan pada perhitungan link budget di software
RMW
7. Ketika arah dan elevasi terbaik yang diperkirakan telah tercapai maka
apabila diperlukan dapat dilakukan pembalikan polarisasi antena dari
horizontal ke vertical untuk mempersempit beam width dan meningkatkan
fokus transmisi, syaratnya kedua titik mempergunakan antena yang sama
(grid parabolic) dan di kedua titik polarisasi antena harus sama
(artinya di sisi lawan polarisasi antena juga harus dibalik menjadi
vertical).
Pengujian Noise
Kita perlu mengetahui tingkat noise pada suatu lokasi untuk
mengetahui apakah masih ada slot frequency re-use dan apakah masih
memungkinkan dicapai kualitas transmisi seperti yang diharapkan dalam
proses instalasi. Dengan mengetahui noise level maka kita akan dapat
memutuskan untuk tetap melaksanakan instalasi ataukah harus
berkoordinasi dengan operator eksisting, misalnya untuk berbagai pakai
BTS. Noise level sebenarnya harus terus dipantau dari waktu ke waktu
secara periodik. Sehingga apabila terjadi peningkatan, kita dapat segera
mencari tahu permasalahan serta solusi. Noise level juga menggambarkan
status daya dukung frekuensi di lokasi tersebut apakah masih cukup atau
sudah mengalami kejenuhan (saturated). Akan sangat baik apabila histori
noise level ini selalu dicatat oleh semua operator setiap periode dan
didokumentasikan penyebab-penyebabnya. Sehingga bisa menjadi satu dasar
koordinasi antar operator, pemilik BTS maupun pemain baru yang masuk.
1. Bila semua telah berjalan normal, install semua utility yang
diperlukan dan mulai lakukan pengujian noise / interferensi, pergunakan
setting default atau bila tersedia fitur setting khusus untuk
pointing/setup awal
2. Tanpa antena perhatikan apakah ada signal strenght yang tertangkap
dari station lain disekitarnya, bila ada dan mencapai good (sekitar 40% –
60%) atau bahkan lebih, maka dipastikan station tersebut beroperasi
melebihi EIRP dan potensial menimbulkan gangguan bagi station yang
sedang kita bangun, pertimbangkan untuk berunding dengan operator BTS /
station eksisting tersebut
3. Perhatikan berapa tingkat noise, bila mencapai lebih dari tingkat
sensitifitas radio (biasanya adalah sekitar – 83 dbm, baca spesifikasi
radio), misalnya – 100 dbm maka di titik station tersebut
interferensinya cukup tinggi, tinggal apakah signal strenght yang
diterima bisa melebihi noise
4. Perhitungan standar signal strenght adalah 0% – 40% poor, 40% – 60%
good, 60% – 100% excellent. Apabila signal strenght yang diterima adalah
60% akan tetapi noisenya mencapai 20% maka kondisinya adalah poor
connection (60% – 20% – 40% poor), maka sedapat mungkin signal strenght
harus mencapai 80%
5. Koneksi poor biasanya akan menghasilkan PER (packet error rate – bisa
dilihat dari persentasi jumlah RTO dalam continous ping) diatas 3% – 7%
(dilihat dari utility kalau tersedia fiturnya). PER good berkisar
antara 1% – 3% dan excellent dibawah 1%, PER antara BTS dan station
client harus seimbang
6. Perhitungan yang sama bisa dipergunakan untuk memperhatikan station
lawan atau BTS kita, pada prinsipnya signal strenght, tingkat noise, PER
harus imbang untuk mendapatkan stabilitas koneksi yang diharapkan
7. Pertimbangkan alternatif skenario lain bila sejumlah permasalahan di
atas tidak bisa diatasi, misalkan dengan memindahkan station ke tempat
lain, putar arah pointing ke BTS terdekat lainnya atau dengan metode 3
titik (repeater) dll.
Pengujian Koneksi Radio
Pengukuran noise level dan signal perangkat WLAN pada saat pointing
hanya akan memberikan gambaran dari sisi kualitas transmisi radio saja.
Sementara di dalam komunikasi data, perlu diukur pula kualitas transmisi
packet data keseluruhan. Ini akan menentukan kualitas layanan secara
keseluruhan kepada para pengguna.
1. Lakukan pengujian signal, mirip dengan pengujian noise, hanya saja
pada saat ini antena dan kabel (termasuk POE) sudah dihubungkan ke
perangkat radio
2. Sesuaikan channel dan nama SSID (Network Name) dengan identitas BTS /
AP tujuan, demikian juga enkripsinya, apabila dipergunakan otentikasi
MAC Address maka di AP harus didefinisikan terlebih dahulu MAC Address
station tersebut
3. Bila menggunakan otentikasi Radius, pastikan setting telah sesuai dan cobalah terlebih dahulu mekanismenya sebelum dipasang
4. Perhatikan bahwa kebanyakan perangkat radio adalah berfungsi sebagai
bridge dan bekerja berdasarkan pengenalan MAC Address, sehingga IP
Address yang didefinisikan berfungsi sebagai interface utility
berdasarkan protokol SNMP saja, sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam
tabel routing (tergantung perangkat)
5. Tabel routing didefinisikan pada (PC) router dimana perangkat radio
terpasang, untuk Wireless AP/CPE yang perangkatnya terpisah dari (PC)
router, maka pada device yang menghadap ke perangkat radio masukkan pula
1 IP Address yang satu subnet dengan IP Address yang telah didefinisikan pada perangkat radio, agar utility yang dipasang di router dapat mengenali radio
6. Lakukan continuos ping untuk menguji stabilitas koneksi dan mengetahui PER
7. Bila telah stabil dan signal strenght minimum good (setelah
diperhitungkan noise level) maka dilakukan uji troughput dengan
melakukan koneksi FTP (dengan software FTP client) ke FTP
server terdekat (idealnya di titik server BTS tujuan). Pada kondisi
ideal average troughput akan seimbang baik saat download maupun up load,
maksimum troughput pada koneksi radio 1 mbps adalah sekitar 600 kbps
dan per TCP connection dengan MTU maksimum 1500 bisa dicapai 40 kbps
8. Selanjutnya gunakan software mass download manager yang mendukung TCP connection secara simultan (concurrent), lakukan koneksi ke FTP server terdekat dengan harapan maksimum troughput 5 kbps per TCP connection, maka dapat diaktifkan sekitar 120 session simultan (concurrent), asumsinya 5 x 120 = 600
9. Atau dengan cara yang lebih sederhana, digunakan skala yang lebih
kecil, 12 concurrent connection dengan troughput per session 5 kbps, apa
total troughput bisa mencapai 60 kbps (average) ? bila tercapai maka
stabilitas koneksi sudah dapat dijamin berada pada level maksimum
10. Pada setiap tingkat pembebanan yang dilakukan bertahap, perhatikan apakah RRT ping meningkat, angka mendekati sekitar 100 MS masih dianggap wajar
11. Beberapa jenis perangkat (misalnya Mikrotik) memiliki utility dan
tools yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas transmisi data secara
keseluruhan (overall performance) yang meliputi kualitas transmisi radio
dan troughput packet data.
Mensiasati Interferensi
Di dalam lingkungan self regulated prinsip utamanya adalah shared
access (berbagi pakai) sumber daya terbatas yaitu frekuensi. Sehingga
interferensi harus diterima sebagai suatu keniscayaan. Akan tetapi,
tetap ada batasan hingga sampai tingkatan mana interferensi dapat
diterima dan setiap operator dan pengguna dapat berupaya untuk sedapat
mungkin atau sebanyak mungkin menghindari interferensi sekaligus juga
mencegah dirinya untuk tidak menimbulkan interferensi berlebihan yang
dapat mengganggu operator ataupun pengguna yang lain di band plan
unlicensed.
1. Bersikap konservatif (membatasi daya pancar – “tidak berteriak”)
pada saat mengirim sehingga tidak memonopoli saluran dan bersikap
moderat pada saat menerima (menggunakan perangkat dengan sensitifitas
tinggi – “memperlebar pendengaran”)
2. Dengan alasan apapun jangan pernah menggunakan penguat daya
(amplifier / booster) karena akan mempercepat degradasi performance,
daya dukung frekuensi (frequency re-use) sehingga bukan hanya merugikan
semua orang namun pada akhirnya kita sendiri juga akan kesulitan
memanfaatkan frekuensi secara optimal. Gunakan cara lain untuk mengatasi
situasi tanpa harus memakai penguat daya. Amplifier/booster bukanlah
solusi akhir dalam kondisi apapun
3. Patuhi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2005 yang pada
intinya membatasi daya pancar (output power) perangkat maksimum 100 mw
dan EIRP atau overall performance (termasuk gain antena) maksimum 4 watt
(36 dbm) serta hanya menggunakan perangkat yang telah lulus uji dan
mendapatkan sertifikasi resmi dari Direktorat Standarisasi Ditjen Postel
4. Pasang antena dengan ketinggian maksimum sesuai dengan coverage area
yang telah direncanakan melalui perhitungan link budget analysis.
Misalnya direncanakan BTS akan memiliki coverage area radius 3 km
berdasarkan link budget analysis serta simulasi visual pada software RMW
diketahui tinggi maksimum antena adalah 20 m dengan sudut elevasi
antena 5 derajat. Tidak ada gunanya memasang antena terlalu tinggi
dengan jangkauan (coverage area) yang terlalu jauh melebihi kebutuhan.
Justru ini mengakibatkan sistem akan ikut “mendengar” transmisi operator
lain yang sesungguhnya tidak perlu “didengar” dan berakibat
meningkatnya “noise” yang menurunkan kemampuan layanan kita (degradasi
performance dan capacity handling)
5. Memperhatikan dan menghitung perkiraan link budget analysis sistem
BTS lain yang ada di sekitarnya untuk mengetahui coverage area dan
visualisasi radiasi transmisinya agar diketahui pada titik mana saja
akan terjadi overlap atau cross section (perpotongan sinyal transmisi
yang saling melemahkan) dengan sistem BTS yang kita rencanakan sehingga
bisa dipikirkan cara menghindarinya
6. Menurunkan daya pancar (total EIRP) misalnya dengan menurunkan gain
antena untuk mengurangi cross section dan mempersempit coverage area
dikombinasi dengan mengatur ketinggian antena
7. Merubah konfigurasi default DTIM, RTS/CTS, Fragmentation Treshold
sehingga berbeda dengan sistem BTS lainnya untuk meningkatkan kemampuan
CSMA/CA
8. Merubah dan memperkecil MTU (fragmentasi packet) sehingga
memungkinkan protokol untuk memperbesar kesempatan berbagi pakai
(penjadwalan). Tetapi metode ini dapat menurunkan troughput sistem
karena banyaknya antrian. Pada kondisi densitas yang telah jenuh, dapat
mengakibatkan degradasi bahkan juga kemacetan akibat banyaknya proses
retransmisi packet. Sehingga perlu trial and error untuk mengetahui
kombinasi terbaik antara DTIM, RTC/CTS, Fragmentation Treshold dan MTU
9. Berbagi pakai sumber daya BTS milik operator lainnya adalah cara
paling tepat untuk mempertahankan daya dukung frekuensi yang terbatas
agar tidak menjadi jenuh karena banyaknya BTS yang saling bersaing.
Lebih baik memaksimalkan pemanfaatan satu BTS yang digunakan
bersama-sama daripada setiap operator memiliki masing-masing BTS tetapi
tidak digunakan secara optimal
10. Bersedia setiap saat menurunkan power dan ketinggian antena BTS,
mengurangi coverage area menjadi micro cell dan melakukan optimalisasi
densitas dan tetap memberi kesempatan kepada pemain baru untuk bergabung
11. Menggunakan band plan atau media transmisi yang berbeda untuk
saluran antar BTS (backhaul). Misalnya menggunakan band plan 5.x Ghz
atau menggunakan media fiber optic
12. Unlicensed band bukan berarti pada band plan tersebut tidak berlaku
aturan. Ada sopan santun dan etika yang tetap harus dijaga. Inti
pembebasan suatu band plan adalah memberikan keleluasaan kepada
masyarakat untuk mengatur sendiri (self regulated) pemanfaatan frekuensi
tanpa perlu harus meminta ijin kepada Pemerintah asal tetap mematuhi
koridor teknis (pembatasan daya pancar dan EIRP maksimum) serta
menggunakan perangkat resmi yang sudah disertifikasi
13. Bentuk pelaksanaan etika self regulated antara lain memperkuat
kerjasama dan berbagi sumber daya, koordinasi antara pemain baru dan
lama, menghormati dan mendahulukan infrastruktur eksisting yang telah
lebih dulu ada di area tsb.
Membangun Lingkungan Kerjasama
Pembebasan suatu band plan ternyata cenderung disalahartikan oleh
pemain yang tidak bertanggungjawab sebagai hak untuk bersikap egois,
melakukan segala hal semaunya. Tidak peduli pada pihak lain yang
sebenarnya juga memiliki hak yang sama. Berbagai cara akan dilakukan
untuk dapat menguasai dan memonopoli pemanfaatan frekuensi, sumber daya
alam yang terbatas tersebut hanya untuk kepentingannya sendiri.
Akibatnya terjadi situasi chaos, hukum rimba dimana yang kuat memangsa
yang lemah. Semua pihak menjadi dirugikan dan frekuensi yang sangat
berharga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal seperti tujuan semula.
Situasi yang bebas, dimaksudkan untuk mendorong kemandirian
masyarakat dan memberdayakan pengguna, operator/pemain, vendor serta
para konsultan agar mampu mengelola sendiri sumber daya terbatas
frekuensi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. Inilah yang disebut
dengan self regulated. Masyarakat merasa ikut memiliki sumber daya
frekuensi yang terbatas sebagai aset yang berharga. Dengan kesadaran
tersebut maka akan timbul tanggung jawab dan etika untuk mengelola aset
tersebut bersama-sama agar dapat dimanfaatkan oleh semua pihak
semaksimal mungkin untuk memenuhi berbagai macam kepentingan masyarakat.
Dalam situasi chaos seperti saat ini, solusi apapun, tidak akan bisa
berjalan dengan baik kalau komunitasnya tidak akrab, masih saling curiga
dan mengedepankan ego serta kepentingan masing-masing. Maka prinsip
self regulated itu pada dasarnya adalah seni bagaimana kita
menghilangkan egosentrisme dan menciptakan suatu lingkungan kerjasama
yang dilandasi etika dan saling percaya diantara pelakunya.
Solusi teknis untuk memperbaiki situasi, akan lebih mudah
dilaksanakan apabila ada kesediaan untuk berbagi, bekerjasama dan
mendahulukan yang lain. Maka, sebelum bicara solusi teknis, harus
dipastikan terlebih dahulu bahwa syak wasangka antar pihak bisa
dihilangkan, semua kepentingan telah dijembatani dan kesediaan untuk
mengalah agar dapat terjalin berkolaborasi sehingga semua dapat merasa
nyaman.
Untuk mencairkan suasana yang tegang akibat chaos, bisa diawali
dengan kegiatan sosial yang akan menciptakan saluran komunikasi dan
interaksi baru, misalnya:
1. Pertemuan rutin, gathering, arisan, rujakan, untuk menciptakan keakraban
2. Meningkatkan pengetahuan dan skill untuk mengurangi kesenjangan pemahaman
3. Mulai dibicarakan kemungkinan-kemungkinan kolaborasi, misalnya sharing BTS
4. Bersama-sama memberikan edukasi kepada pengguna
5. Saling tolong menolong dalam implementasi teknis
6. Kegiatan lain yang bermanfaat untuk semua pihak
7. dst. dll.
Apabila aktivitas sosial telah berjalan baik, maka perlahan-lahan
diarahkan untuk memulai pembicaraan implementasi teknis yang ideal.
Semua pihak yang dihadapi pada dasarnya adalah manusia biasa dan
kebanyakan diantara mereka ini melakukan pelanggaran karena alasan
ekonomi dan persaingan bisnis atau kepentingan. Maka pendekatan teknis
seringkali tidak dapat diterima, walaupun benar. Tantangannya,
pendekatan sosial kemanusiaan tentu membutuhkan kesabaran dan proses
yang panjang untuk mendapatkan simpati dan meyakinkan semua pihak.
Sementara situasi chaos di lapangan membutuhkan suatu solusi yang
konkrit dan propgram percepatan sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
Masalah persaingan bisnis, mungkin harus dilakukan perubahan
paradigma. Perlu meniru model bisnis Free Open Source Software (FOSS)
dan bagaimana cara para aktivis menjalankan usahanya. Ternyata lebih
manusiawi, penuh kekeluargaan dan saling support serta senantiasa
berupaya melakukan kolaborasi, jarang sekali terjadi tabrakan
kepentingan atau kompetisi yang tajam.
No comments:
Post a Comment